Hakikat Novel
Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa” (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2017:9). Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1995:164).
Pendapat Tarigan diperkuat dengan pendapat Wicaksono (2015:8) yang menyatakan bahwa novel adalah cerita dalam bentuk prosa fiksi dalam ukuran yang luas. Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali.
Rokhmansyah (2014:31-32) mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengugkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur.
Batos (dalam Tarigan, 1995:164) menyatakan bahwa novel merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah adegan yang lain dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sementara itu, Nurgiyantoro (2005:15) menyatakan bahwa novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-dokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam kedudukan yang berbeda. Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2005:16) membatasi novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode. Mencermati pernyataan tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.
Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas (expands) tentang tempat atau ruang, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu menjadi topik utama (Sayuti, 2000:6-7). Masyarakat tentunya berkaitan dengan dimensi ruang atau tempat, sedangkan tokoh dalam masyarakat berkembang dalam dimensi waktu semua itu membutuhkan deskripsi yang mendetail supaya diperoleh suatu keutuhan yang berkesinambungan. Perkembangan dan perjalanan tokoh untuk menemukan karakternya, akan membutuhkan waktu yang lama, apalagi jika peneliti menceritakan tokoh mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Novel memungkinkan untuk menampung keseluruhan detail untuk perkembangkan tokoh dan pendeskripsian ruang.
Novel oleh Sayuti (2000:7) dikategorikan ke dalam bentuk karya fiksi yang bersifat formal. Bagi pembaca umum, pengkategorian ini dapat menyadarkan bahwa sebuah fiksi apapun bentuknya diciptakan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian, pembaca dalam mengapresiasi sastra akan lebih baik. Pengategorian ini berarti juga bahwa novel yang kita anggap sulit dipahami, tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit. Pembaca tidak mungkin meminta peneliti untuk menulis novel dengan gaya yang menurut anggapan pembaca luwes dan dapat dicerna dengan mudah, karena setiap novel yang diciptakan dengan suatu cara tertentu mempunyai tujuan tertentu pula.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak hanya sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.
Ciri-ciri Novel
Wicaksono (2017:77) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut :
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2005:16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel populer.
1. Novel Populer
Sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Sastra popular menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan dengan tujuan pembaca akan mengenali kembali pengalamannya. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya (Kayam dalam Nurgiyantoro, 2017:18).
Menurut Rohman (2014:35), novel populer dimengerti sebagai sebuah karya cerita rekaan yang didasarkan pada permintaan pasar. Karena dasarnya permintaan pasar, maka novel dibuat dengan target menjadi produk yang siap dipasarkan. Kesiapan itu biasanya memakan waktu yang sedikit sehingga novel ini cepat saji. Novel populer dibuat dengan bahasa yang dimengerti, tema yang rigan dan disukai, dan memang dimaksudkan sebagai upaya memenuhi kebutuhan pasar, apakah novel populer bisa memiliki kualitas yang bagus? Hal itu bisa saja terjadi. Kualitas novel populer bisa menjadi bagus bila digarap atau ditulis dengan memanfaatkan standar estetika tertentu yang baik. Jadi, tidak semua kualitas novel populer itu jelek. Saran, peneliti novel populer harus mempertimbangkan waktu terbit dan pasar. Ketika waktu sudah ketinggalan dan pasar sudah tidak menginginkan, maka karya jenis ini akan mudah lapuk dan sulit di daur ulang.
Berbicara tentang sastra populer, Kayam (dalam Nurgiyantoro, 2017:18) menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam kehidupan dan tak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaan-rekaan kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.
Hal seperti itu dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada novel Cintapucino karya Icha Rahmanti yang tahun lalu sempat diliris ke dalam bentuk film. Banyak remaja khususnya remaja putri yang mengungkapkan kesamaan kejadian di masa SMA yang mirip dengan yang digambarkan oleh Icha Rahmanti dalam novelnya.
Adapun pengkategorian novel sebagai novel serius atau novel populer bukanlah menjadi hal baru dalam dunia sastra. Usaha ini tidak mudah dilakukan karena bersifat riskan. Selain dipengaruhi oleh hal subjektif yang muncul dari pengamat, juga banyak faktor dari luar yang menentukan. Misalnya, sebuah novel yang diterbitkan oleh penerbit yang biasa menerbitkan karya sastra yang telah mapan, karya tersebut akan dikategorikan sebagai karya yang serius, karya yang bernilai tinggi, padahal pengamat belum membaca isi novel.
Kayam (dalam Nurgiyantoro, 2005:17) menyebutkan kata ”pop” erat diasosiasikan dengan kata ”populer”, mungkin karena novel-novel itu sengaja ditulis untuk ”selera populer” yang kemudian dikenal sebagai ”bacaan populer”. Jadilah istilah pop sebagai istilah baru dalam dunia sastra kita.
Nurgiyantoro (2017:18) juga menjelaskan bahwa novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Novel jenis ini menampilkan masalah yang aktual pada saat novel itu muncul. Pada umumnya, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi seiring dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa novel popular adalah novel atau karya sastra fiksi yang terkenal dan popular pada masanya, sesuai dengan minat dan permintaan pasar pada saat itu. Novel popular juga mengikut selera pasar pada periode tertentu sesuai dengan kecenderungan tema novel yang sedang diminati oleh para pembacanya.
2. Novel Serius
Novel serius adalah karya cerita rekaan yang mempertimbangkan segi-segi estetika. Pengertian ini jelas berbeda dengan novel populer yang mengandalkan permintaan pasar. Novel serius memiliki ciri khas pada isi yang digarap adalah tentang kemanusiaan, teknik pemaparannya cenderung pada eksperimentasi bahasa, dan sudut pandang yang seringkali tidak umum (Rohman, 2014:35).
Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2017:18) mengungkapkan bahwa dalam membaca novel serius, jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi disertai dengan kemauan untuk itu. Novel jenis ini, di samping memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa novel serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan bahwa unsur kebaruan sangat diutamakan dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah dengan cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius membutuhkan sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas dari novel-novel yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini.
Unsur-unsur dalam Novel
Novel yang bagus adalah novel yang dibangun dengan cermat dan melalui proses yang panjang. Proses yang dimulai dari kerangka dasar sampai proses penelitian naskah. Salah satu proses dasar yang tidak boleh terlewat adalah pemenuhan terhadap unsur-unsur pembangun novel.
Sutarni (2008:87) memaparkan ada dua unsur dalam novel, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
a. Unsur Intrinsik Novel
Novel yang bagus adalah novel yang dibangun dengan cermat dan melalui proses yang panjang. Proses yang dimulai dari kerangka dasar, sampai proses penelitian naskah. Salah satu proses dasar yang tidak boleh terlewat adalah pemenuhan terhadap unsur-unsur pembangun novel. Sutarni (2008:87) menjelaskan unsur-unsur novel sebagai berikut :
Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa” (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2017:9). Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1995:164).
Pendapat Tarigan diperkuat dengan pendapat Wicaksono (2015:8) yang menyatakan bahwa novel adalah cerita dalam bentuk prosa fiksi dalam ukuran yang luas. Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali.
Rokhmansyah (2014:31-32) mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengugkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada pembaca tentang budi pekerti yang luhur.
Batos (dalam Tarigan, 1995:164) menyatakan bahwa novel merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah adegan yang lain dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sementara itu, Nurgiyantoro (2005:15) menyatakan bahwa novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-dokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam kedudukan yang berbeda. Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2005:16) membatasi novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode. Mencermati pernyataan tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.
Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas (expands) tentang tempat atau ruang, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu menjadi topik utama (Sayuti, 2000:6-7). Masyarakat tentunya berkaitan dengan dimensi ruang atau tempat, sedangkan tokoh dalam masyarakat berkembang dalam dimensi waktu semua itu membutuhkan deskripsi yang mendetail supaya diperoleh suatu keutuhan yang berkesinambungan. Perkembangan dan perjalanan tokoh untuk menemukan karakternya, akan membutuhkan waktu yang lama, apalagi jika peneliti menceritakan tokoh mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Novel memungkinkan untuk menampung keseluruhan detail untuk perkembangkan tokoh dan pendeskripsian ruang.
Novel oleh Sayuti (2000:7) dikategorikan ke dalam bentuk karya fiksi yang bersifat formal. Bagi pembaca umum, pengkategorian ini dapat menyadarkan bahwa sebuah fiksi apapun bentuknya diciptakan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian, pembaca dalam mengapresiasi sastra akan lebih baik. Pengategorian ini berarti juga bahwa novel yang kita anggap sulit dipahami, tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit. Pembaca tidak mungkin meminta peneliti untuk menulis novel dengan gaya yang menurut anggapan pembaca luwes dan dapat dicerna dengan mudah, karena setiap novel yang diciptakan dengan suatu cara tertentu mempunyai tujuan tertentu pula.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak hanya sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.
Ciri-ciri Novel
Wicaksono (2017:77) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut :
- Terjadi perubahan nasib dari tokoh cerita yang menjadi alur cerita
- Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok dengan adanya bebarapa periode dalam kehidupan para tokohnya, terutama tokoh utama.
- Biasanya tokoh utama tidak sampai mati pada akhir ceritanya.
- Cerita dalam novel bergantung pada tokoh.
- Cerita dalam novel menyajikan lebih dari satu impresi.
- Novel menyajikan lebih dari satu efek.
- Cerita dalam novel menyajikan lebih dari satu emosi.
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2005:16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel populer.
1. Novel Populer
Sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Sastra popular menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan dengan tujuan pembaca akan mengenali kembali pengalamannya. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya (Kayam dalam Nurgiyantoro, 2017:18).
Menurut Rohman (2014:35), novel populer dimengerti sebagai sebuah karya cerita rekaan yang didasarkan pada permintaan pasar. Karena dasarnya permintaan pasar, maka novel dibuat dengan target menjadi produk yang siap dipasarkan. Kesiapan itu biasanya memakan waktu yang sedikit sehingga novel ini cepat saji. Novel populer dibuat dengan bahasa yang dimengerti, tema yang rigan dan disukai, dan memang dimaksudkan sebagai upaya memenuhi kebutuhan pasar, apakah novel populer bisa memiliki kualitas yang bagus? Hal itu bisa saja terjadi. Kualitas novel populer bisa menjadi bagus bila digarap atau ditulis dengan memanfaatkan standar estetika tertentu yang baik. Jadi, tidak semua kualitas novel populer itu jelek. Saran, peneliti novel populer harus mempertimbangkan waktu terbit dan pasar. Ketika waktu sudah ketinggalan dan pasar sudah tidak menginginkan, maka karya jenis ini akan mudah lapuk dan sulit di daur ulang.
Berbicara tentang sastra populer, Kayam (dalam Nurgiyantoro, 2017:18) menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam kehidupan dan tak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaan-rekaan kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.
Hal seperti itu dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada novel Cintapucino karya Icha Rahmanti yang tahun lalu sempat diliris ke dalam bentuk film. Banyak remaja khususnya remaja putri yang mengungkapkan kesamaan kejadian di masa SMA yang mirip dengan yang digambarkan oleh Icha Rahmanti dalam novelnya.
Adapun pengkategorian novel sebagai novel serius atau novel populer bukanlah menjadi hal baru dalam dunia sastra. Usaha ini tidak mudah dilakukan karena bersifat riskan. Selain dipengaruhi oleh hal subjektif yang muncul dari pengamat, juga banyak faktor dari luar yang menentukan. Misalnya, sebuah novel yang diterbitkan oleh penerbit yang biasa menerbitkan karya sastra yang telah mapan, karya tersebut akan dikategorikan sebagai karya yang serius, karya yang bernilai tinggi, padahal pengamat belum membaca isi novel.
Kayam (dalam Nurgiyantoro, 2005:17) menyebutkan kata ”pop” erat diasosiasikan dengan kata ”populer”, mungkin karena novel-novel itu sengaja ditulis untuk ”selera populer” yang kemudian dikenal sebagai ”bacaan populer”. Jadilah istilah pop sebagai istilah baru dalam dunia sastra kita.
Nurgiyantoro (2017:18) juga menjelaskan bahwa novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Novel jenis ini menampilkan masalah yang aktual pada saat novel itu muncul. Pada umumnya, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi seiring dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa novel popular adalah novel atau karya sastra fiksi yang terkenal dan popular pada masanya, sesuai dengan minat dan permintaan pasar pada saat itu. Novel popular juga mengikut selera pasar pada periode tertentu sesuai dengan kecenderungan tema novel yang sedang diminati oleh para pembacanya.
2. Novel Serius
Novel serius adalah karya cerita rekaan yang mempertimbangkan segi-segi estetika. Pengertian ini jelas berbeda dengan novel populer yang mengandalkan permintaan pasar. Novel serius memiliki ciri khas pada isi yang digarap adalah tentang kemanusiaan, teknik pemaparannya cenderung pada eksperimentasi bahasa, dan sudut pandang yang seringkali tidak umum (Rohman, 2014:35).
Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2017:18) mengungkapkan bahwa dalam membaca novel serius, jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi disertai dengan kemauan untuk itu. Novel jenis ini, di samping memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa novel serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan bahwa unsur kebaruan sangat diutamakan dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah dengan cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius membutuhkan sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas dari novel-novel yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini.
Unsur-unsur dalam Novel
Novel yang bagus adalah novel yang dibangun dengan cermat dan melalui proses yang panjang. Proses yang dimulai dari kerangka dasar sampai proses penelitian naskah. Salah satu proses dasar yang tidak boleh terlewat adalah pemenuhan terhadap unsur-unsur pembangun novel.
Sutarni (2008:87) memaparkan ada dua unsur dalam novel, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
a. Unsur Intrinsik Novel
Novel yang bagus adalah novel yang dibangun dengan cermat dan melalui proses yang panjang. Proses yang dimulai dari kerangka dasar, sampai proses penelitian naskah. Salah satu proses dasar yang tidak boleh terlewat adalah pemenuhan terhadap unsur-unsur pembangun novel. Sutarni (2008:87) menjelaskan unsur-unsur novel sebagai berikut :
- Unsur intrinsic. Unsur intrinsik adalah unsur yang langsung membangun cerita yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
- Tema. Tema merupakan ide atau gagasan utama dari sebuah novel, tema berisikan gambaran luas tentang kisah yang akan diangkat sebagai cerita dalam novel. Sehingga sangat penting untuk memikirkan tema yang tepat sebelum memulai menulis novel.
- Alur. Alur adakah rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam novel. Alur dalam novel terbagi menjadi tiga macam, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur maju-mundur atau campuran.
- Tokoh. Tokoh adalah seseorang yang menjadi pelaku dalam sebuah novel. Berdasarkan jenis watak, tokoh bisa dibagi menjadi tiga kategori, yakni:
- Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang menjadi pusat dalam cerita. Tokoh utama ini digambarkan sebagai sosok yang baik dan biasanya selalu mendapat masalah.
- Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang menjadi lawan dari tokoh utama dalam cerita. Tokoh ini digambarkan sebagai sosok yang tidak bersahabat dan selalu membuat konflik.
- Tokoh Tritagonis, adalah tokoh yang menjadi penengah antara protagonis dan antagonis. Tokoh ini digambarkan sebagai sosok yang netral, kadang berpihak pada antagonis dan kadang berpihak pada protagonis, namun jika kedua nya terlibat konflik dia yang menjadi pelerainya.
- Sudut Pandang. Sudut pandang merupakan cara pengarang menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Biasanya juga diartikan sebagai cara pandang seseorang pengarang dalam menyampaikan cerita novelnya.
- Latar. Latar adalah tempat dan waktu terjadinya cerita dalam novel. Di dalam ceritanya juga terdapat budaya dan suasana cerita termasuk kedalam latar cerita.
- Gaya bahasa. Gaya bahasa berkaitan dengan penggunaan bahasa oleh penulisan dalam novelnya.
- Amanat. Amanat adalah pesan yang terkandung dalam novel. Pesan tersebut umumnya merupakan ajaran moral yang bersifat mendidik.
- Unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya novel. Jadi unsur ekstrinsik berhubungan secara langsung dalam membangun suatu karya sastra. Unsur ekstrinsik diantaranya adalah latar belakang budaya penulis, pendidikan penulis, dan latar ekonomi sosial penulis tersebut. Juga, kisah dibalik layar yang dilatari oleh pengalaman, kesan atau juga harapan dan cita-cita sang pengarang.
0 comments:
Post a Comment