Thursday, July 18, 2019

Published July 18, 2019 by with 0 comment

Lembaga Pendidikan Islam

Pendidikan Islam dan Tujuannya

Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek rohani dan jasmani juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh Karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melalui proses kearah tujuan akhir perkembangan /pertumbuhan.

Meskipun barangkali sebagian antara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut diartikan dalam suatu batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian yang diberikan.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.

Kenyataannya pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli (pendidikan).
  • Menurut Dr. MJ. Langeveld. Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kapada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, peraturan hidup sehari-hari, sebagainya) dan di tujukan kepada orang yang belum dewasa.
  • Menurut Prof. Dr. Jhon Dewey. Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelaktual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
  • Menurut JJ Rousseau. Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. 
  • Menurut Drikarya. Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ketaraf insani. 
  • Carter V. Good.
    • Seni, praktik atau profesi pengajar.
    • Ilmu yang sitematis atau pengajar yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
  • Menurut Ahmad D. Marimba. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
  • Menurut SA. Branata, dkk. Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
  • Menurut KI Hajar Dewantara. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan intisari permasalahan pendidikan yang tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan secara sederhana adalah : “Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar, teratur, sistematis dan dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki tanggung jawab dengan menggunakan metode-metode tertentu dalam memberikan bimbingan kepada orang lain (anak) yang sedang berproses menuju kedewasaan.

Kemudian Pengertian Pendidikan Islam, dibawah ini penulis akan memaparkan pengertian pendidikan Islam menurut beberapa ahli. Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karangan Dra. H. Nur Uhbiyati menjelaskan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut:
  • Menurut Drs. Ahmad : Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
  • Menurut Abdurrahman Nahlawi : Pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
  • Menurut Mustafa Al-Ghulayani : Bahwa Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyirami dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan kebaikan dan cinta berkerja untuk kemanfaatan tanah air.
  • Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas : Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. 
  • Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung : 
    • Menyiapkan generasi muda untuk memegang peran-peran tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
    • Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peran-peran tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. 
    • Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban.
  • Hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 mei 1960 di cipayung bogor menyatakan : “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengerjakan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Dr. Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian “pendidikan Islam” sebagai berikut :

Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.

Secara umum tujuan pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia (seluruh manusia) sebagai abdi atau hamba Allah Swt. H.M Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah idealitas (Cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.

Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan dikatakan sebagai usaha yang didasari oleh pelakunya untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, tujuan merupakan salah satu komponen penting di dalam pendidikan. Sebelum kita membahas tentang tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu kita jelaskan apa sebenarnya makna tujuan tersebut. Secara etimologi tujuan adalah arah, maksud atau haluan. Sedangkan tujuan secara terminology adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha selesai.

Secara umum tujuan pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia (seluruh manusia) sebagai hamba Allah SWT. H.M Arifin menyebutkan bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah idealitas (Cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahab.

Tujuan pendidikan Islam dengan demikian merupakan penggambaran nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia didik pada akhir dari proses tersebut. Dengan istilah lain, tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses yang terminal pada hasil yang berkepribadian Islam yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.

Menurut Omar Al-Taumy Al-Syaibany menggariskan tujuan pendidikan Islam yang paling monjol adalah sifatnya yang bercorak agama dan akhlak. Sedangkan menurut Prof. Dr. Jalaluddin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah Identik dengan tujuan Islam itu sendiri.

Tujuan pendidikan Islam menurut Kongres Pendidikan Islam sedunia di Islamabad tahun 1980, adalah pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islami yang mecakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologi dan fisiologi (jasmani) manusia sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah Swt. Sebagai mana firman Allah yang menyatakan : Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al-Anaam : 162)

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari uraian diatas mengenai tujuan pendidikan Islam yaitu menjadikan manusia yang tunduk kepada Allah sehingga terbentuknya kepribadian yang sempurna (insan kamil). Dengan melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

Pendidik dalam Pendidikan Islam

Pengertian Pendidik

Salah satu unsur yang penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan perserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara kotiniu, sebagai sarana vital membangun kebudayaan dan pradaban umat manusia. Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan perserta didik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan pisik perserta didik.

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Dalam Islam pendidik ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Tugas pendidik dalam Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan selururh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif maupun potensi afektif . Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat setinggi-tinggi mungkin, menurut ajaran Islam.

Secara etimologi Pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.

Didalam literature kependidikan Islam, pendidik biasa disebut sebagai berikut :
  • Ustad yaitu seorang guru yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki dan mempengaruhi model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman.
  • Mu’allim, berasal dari kata dasar ilm yang berarti menangkap hakekat sesuatu. Ini mengandung makna bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang diajarkannya.
  • Murabbiy berasal dari kata dasar “ Rabba” Tuhan sebagai Rabb al-‘alamin dan Rabb al-Nas yakni yang menciptakan, mengatur, dan memilihara alam seisinya termasuk manusia. Diliahat dari pengertian ini maka guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masayarakat dan alam sekitarnya.
  • Mursyid yaitu seseorang guru yang berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan atau kepribadian kepada perserta didiknya.
  • Mudarris artinya guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan perserta didiknya, menghilangkan ketidak tahuan atau memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan perserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya.
  • Muaddih berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab artinya guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkuialitas di masa depan.
Menurut Madyo Eko Susilo, yang dimaksud dengan guru atau pendidik adalah seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribdian dan kemampuan perserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial.

Di dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, bab IV pasal 29 ayat 1 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, memilih hasil pembelajaran melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik di perguruan tinggi.

Menurut Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Ihsan dalam bukunya filsafat pendidikan Islam. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

Yang dimaksud dengan pengertian guru/pendidik diatas adalah guru yang secara umum sedangkan pengertian guru agama Islam orang yang melaksanakan bimbingang terhadap perserta didik secara Islami, dalam situasi pendidikan Islam untuk mencapai tujaun yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam buku filsafat Pendidikan Islam Al-Rasyidin dan Samsul Nizar pendidik dalam perspektif pendidikn Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani persert didik agar mencapai tingkat kedewsaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiannya baik sebagai khalifah fi al-ard maupun ‘abd sesuai dengan nilai-nilia ajaran Islam.

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penjelasan di atas tentang pendidik dalam kontek Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani perserta didik secara Islami dalam situasi pendidikan Islam agar mencapai tingkat kedewasaan sesuai dengan ajaran Islam.

Karakteristik Pendidik

Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya totalitas tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya. Dalam hal ini An-Nahlawi memebagi karkteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk yaitu:
  • Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku dan pola pikirnya.
  • Bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridaan Allah dan menegakkan kebenaran. 
  • Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada perserta didik.
  • Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
  • Senantiasa membekali dengan ilmu, kesediaan untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut.
  • Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Sesuai dengan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan.
  • Mampu mengelola kelas dan perserta didik, tegas dalam bertindak dan proporsional.
  • Mengetahui kehidupan psikis perserta didik. 
  • Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola befikir perserta didik.
  • Berlaku adil terhadap perserta didiknya.
Sementara kriteria yang sama, Muhammah ‘Athiyyah Al-Arasyi memberikan karakteristik yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam.
  • Zuhud tidak mengutamakan materi, dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata.
  • Seorang pendidik hendaknya bersih fisikinya dari segala macam-kotoran bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
  • Seorang pendidik hendaknya ikhlas dan tidak ria dalam melaksanakan tugasnya.
  • Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap murid-muridnya.
  • Seorang pendidik hendaknya mampu mencintai perserta didiknya sebagaimana ia mencintai anaknya sendiri (bersifat keibuan atau kebapakan).
  • Seorang pendidik harus mengetahui sifat atau tabiat murid.
  • Seorang pendidik harus menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan profesional.
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Menjelaskan sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah:
  • Adil (tidak mebeda-bedakan atara perserta didik yang satu dengan yang lain).
  • Percaya dan suka kepada murid-muridnya.
  • Sabar dan rela berkorban Memiliki wibawa (gezag) terhadap anak-anak.
  • Penggembira.
  • Bersikap baik terhadp guru lain.
  • Benar-benar menguasai mata pelajaran.
  • Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya.
  • Berpengetahuan luas.
Menurut Prof. Dr. H. Hadari Nawawi seorang pendidik akan mampu menjalankan fungsinya sebagai guru apabila:
  • Berwibawa. Wibawa diartikan sebagai sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat, sehingga subyek (anak merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. Pendidik yang berwibawa itu dilukiskan Allah Swt di dalam surat Al-Furqan ayat 63 dan 76 sebagai berikut : Artinya : Dan hamba-hamba tuhan yang maha penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata keselamatan.(Q.S. Al-furqaan:63). Artinaya : Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat didalamnya.(QS.Al-Fur’qan: 73)
  • Memiliki sikap tulus ikhlas dan pengabdian. Sikap tulus ikhlas tampil dari hati yang rela berkurban untuk anak (Subyek) didik, yang diwarnai juga dengan kejujuran, keterbukaan dan kesabaran. Sikap tulus ikhlas, merupakan motivasi untuk melakukan pengabdian dalam mengemban peranan sebagai pendidik.
  • Keteladanan. Berfirman Allah Swt di dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut : Artinya : Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapaat suri teladan dan yang baik bagi kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmad Allah dan hari kemudian, dan yang banyak memuja Allah. (Q.S. Al-Ahzab : 21)
Dalam membina umat yang bermakna, juga sebagai upaya pendidikan. Rasullah telah menunjukkan betapa penting arti keteladanan. Pendidik tidak dapat bergantung sepenuhnya pada perkataan atau ucapannya akan khilangan artinya jika tidak selaras dengan sikap dan perilakunya, karena yang ditangkap atau dihyati subjek (anak) didik adalah seluruh kepribadiannya.

Dari penjelasan diatas terlihat jelas bahwa menjadi seorang pendidik tidaklah mudah. Ia memiliki persyaratan tertentu yang perlu dipenuhi sebelum profesi tersebut ditekuninya. Oleh karena itu, tidak heran jika Islam meletakkannya pada posisi yang sangat mulia dan terhormat.

Tugas pendidik

Pendidik atau guru adalah pejabat propesional. Sebagai mana telah disinggung diatas mengenai pengertian pendidikan didalamnya telah tersirat pula mengenai tugas-tugas pendidik. Secara umum tugas pendidikan adalah mendidik. Dalam opersionalnya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Disamping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan pasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi perserta didik dapat teraktualisasikan secara baik dan dinami.

Menurut Hamdani Ikhsan dan A. Fuad Ikhsan, menjelaskan tentang tugas pendidik yaitu :
  • Membimbing siterdidik. Mencari pengenal terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
  • Menciptakan Situasi Untuk Pendidik. Situasi pendidikan, yaitu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.

Ag. Soejono merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai potensinya. Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan membersihkan, mensucikan, serta membawa kan hati manusia untuk ber-taqarrub, kepada Allah SWT. Hal tersebut karena pendidikan adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ahmad D. Marimba menjelaskan, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan perserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna ditranspasikan kepada perserta didik, serta senantisa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.

Kadang kala seseorang terjebak dengan sebutn pendidik misalnya ada sebagian menyatakan bahwa pendidik adalah orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada seseorang. Sesungguhnya seseorang pendidik bukanlah bertugas itu saja, tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan (meneger of lerning), pengarah (director of learning), fasilitator dan perancang (the pelanner of future society) oleh karana itu, tugas dan fungsi pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu :
  • Sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanakan penelitian setelah program tersebut dilaksanakan.
  • Sebagai pendidik yang mengarahkan perserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil) seiring dengan tujuan pencitaan-Nya.
  • Sebagai pemimpin yang memimpin, yang mengendalikan diri (baik diri sendiri, perserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengentrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.
Dari penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tugas pendidik adalah :
  • Sebagai pengajar.
  • Sebagai pendidik.
  • Sebagi pemberi motifasi.
  • Sebagai pemimpin.
  • Sebagai pendorong bagi perserta didik. 
  • Memberi fasilitas kepada perserta didik.
  • Sebagai pembimbing.
  • Sebagai pengevaluasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Ibadah

Sebelum penulis mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan ibadah, penulis menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi ibadah sebagai berikut;
  • Naluri. Naluri merupakan kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir. Dalam insting terdapat tiga unsur kekuatan yang bersifat psikis, yaitu mengenal (kognisi), kehendak (konasi), dan perasaan (emosi).
  •  Kebiasaan. Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
  • Keturunan. Keturunan adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam yaitu:
    • Sifat-sifat jasmaniah, yakni sifat kekuatan dan kelemahan otot atau urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya.
    • Sifat-sifat rohaniah, yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.
  • Lingkungan
    • Alam. Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam dapat mematangkan bakat seseorang, sehingga hanya mampu berbuat menurut kondisi yang ada. Sebaliknya jika kondisi alam itu baik, kemungkinan seseorang akan dapat berbuat lebih mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya sejak lahir. Dengan kata lain, kondisi alam ikut mencetak ibadah manusia-manusia yang dipangkunya.
    • Pergaulan. Dalam pergaulan akan mempengaruhi pikiran, sikap, tingkah laku dan ibadah seseorang. Macam-macam lingkungan pergaulan, yaitu:
      • Lingkungan dalam rumah tangga
      •  Lingkungan sekolah
      •  Lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan ibadah harus didukung oleh kerja sama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari tiga macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
        • Lingkungan keluarga. Dalam keluarga proses pembinaan ibadah itu di mulai. Di mana orang tua dan kepala rumah tangga di rumah harus meningkatkan perhatiannya terhadap anggota keluarganya dengan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ketauladanan, dan pembiasaan yang baik di rumah. Kepala keluarga dan orang tua harus berupaya menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang, dan tentram, serta menanamkan nilai-nilai ibadah lainnya sehingga keluarga merasa tenang jiwanya dengan mudah diarahkan kepada hal-hal yang positif.
        • Lingkungan masyarakat. Lingkungan pendidikan masyarakat merupakan salah satu dari lembaga pendidikan setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat juga harus berupaya menciptakan lingkungan yang agamis, seperti menciptakan lingkungan yang tertib, bebas dari peredaran obat-obat terlarang, perkumpulan perjudian, dan sebagainya. Masyarakat harus membantu menyiapkan tempat bagi kepentingan agama seperti mengundang para da’i dari luar dan pelatihan-pelatihan tentang keagamaan.
Kesadaran dalam beribadah pasti ada pada setiap manusia, meskipun kesadaran ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti:umur, pendidikan, kesadaran beragama, pengalaman, peradaban, dan lingkungan. Kesadaran akhlak/moral itu bersumber dari hari murni.

Proses perkembangan manusia sebagai makhluk sosial kepribadian itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut F.G Robbins ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian itu. Kelima faktor tersebut yaitu :
  1. sifat dasar,
  2. lingkungan prenatal,
  3. perbedaan individual,
  4. lingkungan,
  5. motivasi.

Jenis-Jenis Pendidikan dan Bentuk Kelembagaannya

Jenis-jenis Pendidikan

Dalam pendidikan seumur hidup, pendidikan informal, dan non-formal saling mengisi dan memperkuat. 
  • Pendidikan Informal adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai mati seperti dalam keluarga, tetangga, perkerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.
  • Pendidikan Formal ialah pendidikan di sekolah, yang teratur sistematis, mempunyai jenjang, dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
  • Pendidikan Non-Formal (Pendidikan Luar Sekolah): pendidikan non- formal ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai, serta komponen-komponen lainnya disesuikan dengan keadaan perserta didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Calon perserat didik (raw-input) pendidikan non formal ialah:
  • Penduduk usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan /kesempatan memasuki sekolah.
  • Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
  • Anak didik yang putus sekolah (drop-aut), baik dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi.
  • Anak didik yang telah lulus satu system pendidikan formal akan tetapi tidak dapat melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi.
  • Orang yang telah berkerja, akan tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Pendidikan non-formal, paket pendidikannya berjangka pendek, setiap program pendidikan merupakan suatu paket yang sangat spesifik dan biasanya lahir dari kebutuhan yang sangat dirasakan keperluannya. Secara umum pendidikan non-formal relatif lebih lentur dan berjangka pendek penyelenggaraannya dibandingkan dengan pendidikan formal. Contoh kongkritnya seperti pendidikan melalui kursus, penataran dan training-tarining.

Lembaga Pendidikan Islam 
  • Pengertian. Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan. Adanya kelembagaan dalam masyarakat, dalam proses pemudayaan umat, merupkan tugas dan tanggung jawabnya yang kultural dan edukatif terhadap perserta didik dan masyarakat semakin berat. Berdasarkan secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan suatu usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung 2 arti antara lain :
    • Pengertian secara fisik, konkrit dan
    • pengertian secara non-fisik, non material, dan abstrak. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Inggris, lemabaga berarti Institute (dalam pengertian fisik ), yaitu sarana atau orgnisasi untuk mencapai tujuan tertentu yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga pengertian fisik disebut Bangunan, dan lembaga dalam poengertian non-fisik disebut pranata. Dalam memberikan defnisi secara terminology antara lain : Hasan Langgulung, mengemukakan bahwa lembaga pendidikan itu adalah suatu sistem peraturan yang bersifat Mujarrad. Suatu konsepsi yang terdiri kode-kode, norma-norma, idiologi dan sebagainya baik tertulis atau tidak termasuk perlengkapan, material dan organisasi simbolik : kelompok manusia yang terdiri dari individu-individu yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-perturan tersebut adalah: Masjid, Sekolah, Kuttab dan sebagainya. Defenisi lain tentang lembaga pendidikan adalah suatu bentuk oraganisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peran-peran dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan fungsi hukum, guna tercpai kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Berdasarkan uraian di atas, lembaga pendidikan secara umum dapat bertangung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap perserta didik. Adapun lembaga pendidikan Islam dapat diartikan dengan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.
  • Prinsip-prinsip Lembaga Pendidikan Islam. Dalam rangka merealisasikan tugasnya, bentuk lembaga pendidikan Islam apa pun harus harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu yang telah disepakati sebelumnya, sehingga antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lain tidak terjadi tumpang tindih. Prinsip-prinsip pendidikan Islam tersebut adalah : 
    • Prinsip pembebasan menusia dari ancaman kesesatan yang membawa menusia kepada api neraka. 
    • Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat, sebagai realisasi cita-cita bagi orang yang beriman dan brertakwa, yang senantiasa memanjatkan do’a sehari-hari. 
    • Prinsip Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar serta membebaskan manusia dari belenggu-balenggu kenistaan.
    • Prinsip pengembangan daya fakir, daya nalar, daya rasa sehingga dapat menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat memfungsikan daya cipta, rasa, dan karsanya.
    • Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan dirinya pada Sang Pencipta.
Read More
      edit
Published July 18, 2019 by with 0 comment

Jenis Jenis Pendidikan

Pendidikan Islam dan Tujuannya

Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek rohani dan jasmani juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh Karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melalui proses kearah tujuan akhir perkembangan /pertumbuhan.

Meskipun barangkali sebagian antara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut diartikan dalam suatu batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian yang diberikan.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.

Kenyataannya pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli (pendidikan).
  • Menurut Dr. MJ. Langeveld. Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kapada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, peraturan hidup sehari-hari, sebagainya) dan di tujukan kepada orang yang belum dewasa.
  • Menurut Prof. Dr. Jhon Dewey. Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelaktual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
  • Menurut JJ Rousseau. Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. 
  • Menurut Drikarya. Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ketaraf insani. 
  • Carter V. Good.
    • Seni, praktik atau profesi pengajar.
    • Ilmu yang sitematis atau pengajar yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
  • Menurut Ahmad D. Marimba. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
  • Menurut SA. Branata, dkk. Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
  • Menurut KI Hajar Dewantara. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan intisari permasalahan pendidikan yang tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan secara sederhana adalah : “Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar, teratur, sistematis dan dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki tanggung jawab dengan menggunakan metode-metode tertentu dalam memberikan bimbingan kepada orang lain (anak) yang sedang berproses menuju kedewasaan.

Kemudian Pengertian Pendidikan Islam, dibawah ini penulis akan memaparkan pengertian pendidikan Islam menurut beberapa ahli. Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karangan Dra. H. Nur Uhbiyati menjelaskan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut:
  • Menurut Drs. Ahmad : Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
  • Menurut Abdurrahman Nahlawi : Pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
  • Menurut Mustafa Al-Ghulayani : Bahwa Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyirami dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan kebaikan dan cinta berkerja untuk kemanfaatan tanah air.
  • Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas : Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. 
  • Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung : 
    • Menyiapkan generasi muda untuk memegang peran-peran tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
    • Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peran-peran tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. 
    • Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban.
  • Hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 mei 1960 di cipayung bogor menyatakan : “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengerjakan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Dr. Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian “pendidikan Islam” sebagai berikut :

Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.

Secara umum tujuan pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia (seluruh manusia) sebagai abdi atau hamba Allah Swt. H.M Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah idealitas (Cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.

Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan dikatakan sebagai usaha yang didasari oleh pelakunya untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, tujuan merupakan salah satu komponen penting di dalam pendidikan. Sebelum kita membahas tentang tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu kita jelaskan apa sebenarnya makna tujuan tersebut. Secara etimologi tujuan adalah arah, maksud atau haluan. Sedangkan tujuan secara terminology adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha selesai.

Secara umum tujuan pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia (seluruh manusia) sebagai hamba Allah SWT. H.M Arifin menyebutkan bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah idealitas (Cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahab.

Tujuan pendidikan Islam dengan demikian merupakan penggambaran nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia didik pada akhir dari proses tersebut. Dengan istilah lain, tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses yang terminal pada hasil yang berkepribadian Islam yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.

Menurut Omar Al-Taumy Al-Syaibany menggariskan tujuan pendidikan Islam yang paling monjol adalah sifatnya yang bercorak agama dan akhlak. Sedangkan menurut Prof. Dr. Jalaluddin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah Identik dengan tujuan Islam itu sendiri.

Tujuan pendidikan Islam menurut Kongres Pendidikan Islam sedunia di Islamabad tahun 1980, adalah pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islami yang mecakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologi dan fisiologi (jasmani) manusia sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah Swt. Sebagai mana firman Allah yang menyatakan : Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al-Anaam : 162)

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari uraian diatas mengenai tujuan pendidikan Islam yaitu menjadikan manusia yang tunduk kepada Allah sehingga terbentuknya kepribadian yang sempurna (insan kamil). Dengan melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

Pendidik dalam Pendidikan Islam

Pengertian Pendidik

Salah satu unsur yang penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan perserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara kotiniu, sebagai sarana vital membangun kebudayaan dan pradaban umat manusia. Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan perserta didik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan pisik perserta didik.

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Dalam Islam pendidik ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Tugas pendidik dalam Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan selururh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif maupun potensi afektif . Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat setinggi-tinggi mungkin, menurut ajaran Islam.

Secara etimologi Pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.

Didalam literature kependidikan Islam, pendidik biasa disebut sebagai berikut :
  • Ustad yaitu seorang guru yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki dan mempengaruhi model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman.
  • Mu’allim, berasal dari kata dasar ilm yang berarti menangkap hakekat sesuatu. Ini mengandung makna bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang diajarkannya.
  • Murabbiy berasal dari kata dasar “ Rabba” Tuhan sebagai Rabb al-‘alamin dan Rabb al-Nas yakni yang menciptakan, mengatur, dan memilihara alam seisinya termasuk manusia. Diliahat dari pengertian ini maka guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masayarakat dan alam sekitarnya.
  • Mursyid yaitu seseorang guru yang berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan atau kepribadian kepada perserta didiknya.
  • Mudarris artinya guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan perserta didiknya, menghilangkan ketidak tahuan atau memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan perserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya.
  • Muaddih berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab artinya guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkuialitas di masa depan.
Menurut Madyo Eko Susilo, yang dimaksud dengan guru atau pendidik adalah seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribdian dan kemampuan perserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial.

Di dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, bab IV pasal 29 ayat 1 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, memilih hasil pembelajaran melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik di perguruan tinggi.

Menurut Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Ihsan dalam bukunya filsafat pendidikan Islam. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

Yang dimaksud dengan pengertian guru/pendidik diatas adalah guru yang secara umum sedangkan pengertian guru agama Islam orang yang melaksanakan bimbingang terhadap perserta didik secara Islami, dalam situasi pendidikan Islam untuk mencapai tujaun yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam buku filsafat Pendidikan Islam Al-Rasyidin dan Samsul Nizar pendidik dalam perspektif pendidikn Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani persert didik agar mencapai tingkat kedewsaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiannya baik sebagai khalifah fi al-ard maupun ‘abd sesuai dengan nilai-nilia ajaran Islam.

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penjelasan di atas tentang pendidik dalam kontek Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani perserta didik secara Islami dalam situasi pendidikan Islam agar mencapai tingkat kedewasaan sesuai dengan ajaran Islam.

Karakteristik Pendidik

Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya totalitas tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya. Dalam hal ini An-Nahlawi memebagi karkteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk yaitu:
  • Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku dan pola pikirnya.
  • Bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridaan Allah dan menegakkan kebenaran. 
  • Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada perserta didik.
  • Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
  • Senantiasa membekali dengan ilmu, kesediaan untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut.
  • Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Sesuai dengan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan.
  • Mampu mengelola kelas dan perserta didik, tegas dalam bertindak dan proporsional.
  • Mengetahui kehidupan psikis perserta didik. 
  • Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola befikir perserta didik.
  • Berlaku adil terhadap perserta didiknya.
Sementara kriteria yang sama, Muhammah ‘Athiyyah Al-Arasyi memberikan karakteristik yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam.
  • Zuhud tidak mengutamakan materi, dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata.
  • Seorang pendidik hendaknya bersih fisikinya dari segala macam-kotoran bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
  • Seorang pendidik hendaknya ikhlas dan tidak ria dalam melaksanakan tugasnya.
  • Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap murid-muridnya.
  • Seorang pendidik hendaknya mampu mencintai perserta didiknya sebagaimana ia mencintai anaknya sendiri (bersifat keibuan atau kebapakan).
  • Seorang pendidik harus mengetahui sifat atau tabiat murid.
  • Seorang pendidik harus menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan profesional.
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Menjelaskan sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah:
  • Adil (tidak mebeda-bedakan atara perserta didik yang satu dengan yang lain).
  • Percaya dan suka kepada murid-muridnya.
  • Sabar dan rela berkorban Memiliki wibawa (gezag) terhadap anak-anak.
  • Penggembira.
  • Bersikap baik terhadp guru lain.
  • Benar-benar menguasai mata pelajaran.
  • Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya.
  • Berpengetahuan luas.
Menurut Prof. Dr. H. Hadari Nawawi seorang pendidik akan mampu menjalankan fungsinya sebagai guru apabila:
  • Berwibawa. Wibawa diartikan sebagai sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat, sehingga subyek (anak merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. Pendidik yang berwibawa itu dilukiskan Allah Swt di dalam surat Al-Furqan ayat 63 dan 76 sebagai berikut : Artinya : Dan hamba-hamba tuhan yang maha penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata keselamatan.(Q.S. Al-furqaan:63). Artinaya : Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat didalamnya.(QS.Al-Fur’qan: 73)
  • Memiliki sikap tulus ikhlas dan pengabdian. Sikap tulus ikhlas tampil dari hati yang rela berkurban untuk anak (Subyek) didik, yang diwarnai juga dengan kejujuran, keterbukaan dan kesabaran. Sikap tulus ikhlas, merupakan motivasi untuk melakukan pengabdian dalam mengemban peranan sebagai pendidik.
  • Keteladanan. Berfirman Allah Swt di dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut : Artinya : Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapaat suri teladan dan yang baik bagi kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmad Allah dan hari kemudian, dan yang banyak memuja Allah. (Q.S. Al-Ahzab : 21)
Dalam membina umat yang bermakna, juga sebagai upaya pendidikan. Rasullah telah menunjukkan betapa penting arti keteladanan. Pendidik tidak dapat bergantung sepenuhnya pada perkataan atau ucapannya akan khilangan artinya jika tidak selaras dengan sikap dan perilakunya, karena yang ditangkap atau dihyati subjek (anak) didik adalah seluruh kepribadiannya.

Dari penjelasan diatas terlihat jelas bahwa menjadi seorang pendidik tidaklah mudah. Ia memiliki persyaratan tertentu yang perlu dipenuhi sebelum profesi tersebut ditekuninya. Oleh karena itu, tidak heran jika Islam meletakkannya pada posisi yang sangat mulia dan terhormat.

Tugas pendidik

Pendidik atau guru adalah pejabat propesional. Sebagai mana telah disinggung diatas mengenai pengertian pendidikan didalamnya telah tersirat pula mengenai tugas-tugas pendidik. Secara umum tugas pendidikan adalah mendidik. Dalam opersionalnya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Disamping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan pasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi perserta didik dapat teraktualisasikan secara baik dan dinami.

Menurut Hamdani Ikhsan dan A. Fuad Ikhsan, menjelaskan tentang tugas pendidik yaitu :
  • Membimbing siterdidik. Mencari pengenal terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
  • Menciptakan Situasi Untuk Pendidik. Situasi pendidikan, yaitu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.

Ag. Soejono merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai potensinya. Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan membersihkan, mensucikan, serta membawa kan hati manusia untuk ber-taqarrub, kepada Allah SWT. Hal tersebut karena pendidikan adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ahmad D. Marimba menjelaskan, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan perserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna ditranspasikan kepada perserta didik, serta senantisa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.

Kadang kala seseorang terjebak dengan sebutn pendidik misalnya ada sebagian menyatakan bahwa pendidik adalah orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada seseorang. Sesungguhnya seseorang pendidik bukanlah bertugas itu saja, tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan (meneger of lerning), pengarah (director of learning), fasilitator dan perancang (the pelanner of future society) oleh karana itu, tugas dan fungsi pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu :
  • Sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanakan penelitian setelah program tersebut dilaksanakan.
  • Sebagai pendidik yang mengarahkan perserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil) seiring dengan tujuan pencitaan-Nya.
  • Sebagai pemimpin yang memimpin, yang mengendalikan diri (baik diri sendiri, perserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengentrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.
Dari penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tugas pendidik adalah :
  • Sebagai pengajar.
  • Sebagai pendidik.
  • Sebagi pemberi motifasi.
  • Sebagai pemimpin.
  • Sebagai pendorong bagi perserta didik. 
  • Memberi fasilitas kepada perserta didik.
  • Sebagai pembimbing.
  • Sebagai pengevaluasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Ibadah

Sebelum penulis mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan ibadah, penulis menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi ibadah sebagai berikut;
  • Naluri. Naluri merupakan kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir. Dalam insting terdapat tiga unsur kekuatan yang bersifat psikis, yaitu mengenal (kognisi), kehendak (konasi), dan perasaan (emosi).
  •  Kebiasaan. Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
  • Keturunan. Keturunan adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam yaitu:
    • Sifat-sifat jasmaniah, yakni sifat kekuatan dan kelemahan otot atau urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya.
    • Sifat-sifat rohaniah, yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.
  • Lingkungan
    • Alam. Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam dapat mematangkan bakat seseorang, sehingga hanya mampu berbuat menurut kondisi yang ada. Sebaliknya jika kondisi alam itu baik, kemungkinan seseorang akan dapat berbuat lebih mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya sejak lahir. Dengan kata lain, kondisi alam ikut mencetak ibadah manusia-manusia yang dipangkunya.
    • Pergaulan. Dalam pergaulan akan mempengaruhi pikiran, sikap, tingkah laku dan ibadah seseorang. Macam-macam lingkungan pergaulan, yaitu:
      • Lingkungan dalam rumah tangga
      •  Lingkungan sekolah
      •  Lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan ibadah harus didukung oleh kerja sama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari tiga macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
        • Lingkungan keluarga. Dalam keluarga proses pembinaan ibadah itu di mulai. Di mana orang tua dan kepala rumah tangga di rumah harus meningkatkan perhatiannya terhadap anggota keluarganya dengan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ketauladanan, dan pembiasaan yang baik di rumah. Kepala keluarga dan orang tua harus berupaya menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang, dan tentram, serta menanamkan nilai-nilai ibadah lainnya sehingga keluarga merasa tenang jiwanya dengan mudah diarahkan kepada hal-hal yang positif.
        • Lingkungan masyarakat. Lingkungan pendidikan masyarakat merupakan salah satu dari lembaga pendidikan setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat juga harus berupaya menciptakan lingkungan yang agamis, seperti menciptakan lingkungan yang tertib, bebas dari peredaran obat-obat terlarang, perkumpulan perjudian, dan sebagainya. Masyarakat harus membantu menyiapkan tempat bagi kepentingan agama seperti mengundang para da’i dari luar dan pelatihan-pelatihan tentang keagamaan.
Kesadaran dalam beribadah pasti ada pada setiap manusia, meskipun kesadaran ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti:umur, pendidikan, kesadaran beragama, pengalaman, peradaban, dan lingkungan. Kesadaran akhlak/moral itu bersumber dari hari murni.

Proses perkembangan manusia sebagai makhluk sosial kepribadian itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut F.G Robbins ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian itu. Kelima faktor tersebut yaitu :
  1. sifat dasar,
  2. lingkungan prenatal,
  3. perbedaan individual,
  4. lingkungan,
  5. motivasi.

Jenis-Jenis Pendidikan dan Bentuk Kelembagaannya

Jenis-jenis Pendidikan

Dalam pendidikan seumur hidup, pendidikan informal, dan non-formal saling mengisi dan memperkuat. 
  • Pendidikan Informal adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai mati seperti dalam keluarga, tetangga, perkerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.
  • Pendidikan Formal ialah pendidikan di sekolah, yang teratur sistematis, mempunyai jenjang, dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
  • Pendidikan Non-Formal (Pendidikan Luar Sekolah): pendidikan non- formal ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai, serta komponen-komponen lainnya disesuikan dengan keadaan perserta didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Calon perserat didik (raw-input) pendidikan non formal ialah:
  • Penduduk usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan /kesempatan memasuki sekolah.
  • Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
  • Anak didik yang putus sekolah (drop-aut), baik dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi.
  • Anak didik yang telah lulus satu system pendidikan formal akan tetapi tidak dapat melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi.
  • Orang yang telah berkerja, akan tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Pendidikan non-formal, paket pendidikannya berjangka pendek, setiap program pendidikan merupakan suatu paket yang sangat spesifik dan biasanya lahir dari kebutuhan yang sangat dirasakan keperluannya. Secara umum pendidikan non-formal relatif lebih lentur dan berjangka pendek penyelenggaraannya dibandingkan dengan pendidikan formal. Contoh kongkritnya seperti pendidikan melalui kursus, penataran dan training-tarining.

Lembaga Pendidikan Islam 
  • Pengertian. Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan. Adanya kelembagaan dalam masyarakat, dalam proses pemudayaan umat, merupkan tugas dan tanggung jawabnya yang kultural dan edukatif terhadap perserta didik dan masyarakat semakin berat. Berdasarkan secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan suatu usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung 2 arti antara lain :
    • Pengertian secara fisik, konkrit dan
    • pengertian secara non-fisik, non material, dan abstrak. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Inggris, lemabaga berarti Institute (dalam pengertian fisik ), yaitu sarana atau orgnisasi untuk mencapai tujuan tertentu yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga pengertian fisik disebut Bangunan, dan lembaga dalam poengertian non-fisik disebut pranata. Dalam memberikan defnisi secara terminology antara lain : Hasan Langgulung, mengemukakan bahwa lembaga pendidikan itu adalah suatu sistem peraturan yang bersifat Mujarrad. Suatu konsepsi yang terdiri kode-kode, norma-norma, idiologi dan sebagainya baik tertulis atau tidak termasuk perlengkapan, material dan organisasi simbolik : kelompok manusia yang terdiri dari individu-individu yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-perturan tersebut adalah: Masjid, Sekolah, Kuttab dan sebagainya. Defenisi lain tentang lembaga pendidikan adalah suatu bentuk oraganisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peran-peran dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan fungsi hukum, guna tercpai kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Berdasarkan uraian di atas, lembaga pendidikan secara umum dapat bertangung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap perserta didik. Adapun lembaga pendidikan Islam dapat diartikan dengan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.
  • Prinsip-prinsip Lembaga Pendidikan Islam. Dalam rangka merealisasikan tugasnya, bentuk lembaga pendidikan Islam apa pun harus harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu yang telah disepakati sebelumnya, sehingga antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lain tidak terjadi tumpang tindih. Prinsip-prinsip pendidikan Islam tersebut adalah : 
    • Prinsip pembebasan menusia dari ancaman kesesatan yang membawa menusia kepada api neraka. 
    • Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat, sebagai realisasi cita-cita bagi orang yang beriman dan brertakwa, yang senantiasa memanjatkan do’a sehari-hari. 
    • Prinsip Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar serta membebaskan manusia dari belenggu-balenggu kenistaan.
    • Prinsip pengembangan daya fakir, daya nalar, daya rasa sehingga dapat menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat memfungsikan daya cipta, rasa, dan karsanya.
    • Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan dirinya pada Sang Pencipta.
Read More
      edit
Published July 18, 2019 by with 0 comment

Jenis Jenis Pendidikan dan Bentuk Kelembagaannya

Pendidikan Islam dan Tujuannya

Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek rohani dan jasmani juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh Karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melalui proses kearah tujuan akhir perkembangan /pertumbuhan.

Meskipun barangkali sebagian antara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut diartikan dalam suatu batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian yang diberikan.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.

Kenyataannya pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli (pendidikan).
  • Menurut Dr. MJ. Langeveld. Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kapada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, peraturan hidup sehari-hari, sebagainya) dan di tujukan kepada orang yang belum dewasa.
  • Menurut Prof. Dr. Jhon Dewey. Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelaktual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
  • Menurut JJ Rousseau. Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. 
  • Menurut Drikarya. Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ketaraf insani. 
  • Carter V. Good.
    • Seni, praktik atau profesi pengajar.
    • Ilmu yang sitematis atau pengajar yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
  • Menurut Ahmad D. Marimba. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
  • Menurut SA. Branata, dkk. Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
  • Menurut KI Hajar Dewantara. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan intisari permasalahan pendidikan yang tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan secara sederhana adalah : “Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar, teratur, sistematis dan dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki tanggung jawab dengan menggunakan metode-metode tertentu dalam memberikan bimbingan kepada orang lain (anak) yang sedang berproses menuju kedewasaan.

Kemudian Pengertian Pendidikan Islam, dibawah ini penulis akan memaparkan pengertian pendidikan Islam menurut beberapa ahli. Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karangan Dra. H. Nur Uhbiyati menjelaskan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut:
  • Menurut Drs. Ahmad : Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
  • Menurut Abdurrahman Nahlawi : Pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
  • Menurut Mustafa Al-Ghulayani : Bahwa Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyirami dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan kebaikan dan cinta berkerja untuk kemanfaatan tanah air.
  • Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas : Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. 
  • Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung : 
    • Menyiapkan generasi muda untuk memegang peran-peran tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
    • Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peran-peran tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. 
    • Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban.
  • Hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 mei 1960 di cipayung bogor menyatakan : “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengerjakan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Dr. Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian “pendidikan Islam” sebagai berikut :

Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.

Secara umum tujuan pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia (seluruh manusia) sebagai abdi atau hamba Allah Swt. H.M Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah idealitas (Cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.

Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan dikatakan sebagai usaha yang didasari oleh pelakunya untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, tujuan merupakan salah satu komponen penting di dalam pendidikan. Sebelum kita membahas tentang tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu kita jelaskan apa sebenarnya makna tujuan tersebut. Secara etimologi tujuan adalah arah, maksud atau haluan. Sedangkan tujuan secara terminology adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha selesai.

Secara umum tujuan pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia (seluruh manusia) sebagai hamba Allah SWT. H.M Arifin menyebutkan bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah idealitas (Cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahab.

Tujuan pendidikan Islam dengan demikian merupakan penggambaran nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia didik pada akhir dari proses tersebut. Dengan istilah lain, tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses yang terminal pada hasil yang berkepribadian Islam yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.

Menurut Omar Al-Taumy Al-Syaibany menggariskan tujuan pendidikan Islam yang paling monjol adalah sifatnya yang bercorak agama dan akhlak. Sedangkan menurut Prof. Dr. Jalaluddin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah Identik dengan tujuan Islam itu sendiri.

Tujuan pendidikan Islam menurut Kongres Pendidikan Islam sedunia di Islamabad tahun 1980, adalah pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islami yang mecakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologi dan fisiologi (jasmani) manusia sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah Swt. Sebagai mana firman Allah yang menyatakan : Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al-Anaam : 162)

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari uraian diatas mengenai tujuan pendidikan Islam yaitu menjadikan manusia yang tunduk kepada Allah sehingga terbentuknya kepribadian yang sempurna (insan kamil). Dengan melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

Pendidik dalam Pendidikan Islam

Pengertian Pendidik

Salah satu unsur yang penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan perserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara kotiniu, sebagai sarana vital membangun kebudayaan dan pradaban umat manusia. Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan perserta didik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan pisik perserta didik.

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Dalam Islam pendidik ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Tugas pendidik dalam Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan selururh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif maupun potensi afektif . Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat setinggi-tinggi mungkin, menurut ajaran Islam.

Secara etimologi Pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.

Didalam literature kependidikan Islam, pendidik biasa disebut sebagai berikut :
  • Ustad yaitu seorang guru yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki dan mempengaruhi model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman.
  • Mu’allim, berasal dari kata dasar ilm yang berarti menangkap hakekat sesuatu. Ini mengandung makna bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang diajarkannya.
  • Murabbiy berasal dari kata dasar “ Rabba” Tuhan sebagai Rabb al-‘alamin dan Rabb al-Nas yakni yang menciptakan, mengatur, dan memilihara alam seisinya termasuk manusia. Diliahat dari pengertian ini maka guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masayarakat dan alam sekitarnya.
  • Mursyid yaitu seseorang guru yang berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan atau kepribadian kepada perserta didiknya.
  • Mudarris artinya guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan perserta didiknya, menghilangkan ketidak tahuan atau memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan perserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya.
  • Muaddih berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab artinya guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkuialitas di masa depan.
Menurut Madyo Eko Susilo, yang dimaksud dengan guru atau pendidik adalah seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribdian dan kemampuan perserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial.

Di dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, bab IV pasal 29 ayat 1 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, memilih hasil pembelajaran melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik di perguruan tinggi.

Menurut Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Ihsan dalam bukunya filsafat pendidikan Islam. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

Yang dimaksud dengan pengertian guru/pendidik diatas adalah guru yang secara umum sedangkan pengertian guru agama Islam orang yang melaksanakan bimbingang terhadap perserta didik secara Islami, dalam situasi pendidikan Islam untuk mencapai tujaun yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam buku filsafat Pendidikan Islam Al-Rasyidin dan Samsul Nizar pendidik dalam perspektif pendidikn Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani persert didik agar mencapai tingkat kedewsaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiannya baik sebagai khalifah fi al-ard maupun ‘abd sesuai dengan nilai-nilia ajaran Islam.

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penjelasan di atas tentang pendidik dalam kontek Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani perserta didik secara Islami dalam situasi pendidikan Islam agar mencapai tingkat kedewasaan sesuai dengan ajaran Islam.

Karakteristik Pendidik

Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya totalitas tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya. Dalam hal ini An-Nahlawi memebagi karkteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk yaitu:
  • Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku dan pola pikirnya.
  • Bersifat ikhlas melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridaan Allah dan menegakkan kebenaran. 
  • Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada perserta didik.
  • Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
  • Senantiasa membekali dengan ilmu, kesediaan untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut.
  • Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Sesuai dengan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan.
  • Mampu mengelola kelas dan perserta didik, tegas dalam bertindak dan proporsional.
  • Mengetahui kehidupan psikis perserta didik. 
  • Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola befikir perserta didik.
  • Berlaku adil terhadap perserta didiknya.
Sementara kriteria yang sama, Muhammah ‘Athiyyah Al-Arasyi memberikan karakteristik yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam.
  • Zuhud tidak mengutamakan materi, dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata.
  • Seorang pendidik hendaknya bersih fisikinya dari segala macam-kotoran bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
  • Seorang pendidik hendaknya ikhlas dan tidak ria dalam melaksanakan tugasnya.
  • Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap murid-muridnya.
  • Seorang pendidik hendaknya mampu mencintai perserta didiknya sebagaimana ia mencintai anaknya sendiri (bersifat keibuan atau kebapakan).
  • Seorang pendidik harus mengetahui sifat atau tabiat murid.
  • Seorang pendidik harus menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan profesional.
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Menjelaskan sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah:
  • Adil (tidak mebeda-bedakan atara perserta didik yang satu dengan yang lain).
  • Percaya dan suka kepada murid-muridnya.
  • Sabar dan rela berkorban Memiliki wibawa (gezag) terhadap anak-anak.
  • Penggembira.
  • Bersikap baik terhadp guru lain.
  • Benar-benar menguasai mata pelajaran.
  • Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya.
  • Berpengetahuan luas.
Menurut Prof. Dr. H. Hadari Nawawi seorang pendidik akan mampu menjalankan fungsinya sebagai guru apabila:
  • Berwibawa. Wibawa diartikan sebagai sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat, sehingga subyek (anak merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan. Pendidik yang berwibawa itu dilukiskan Allah Swt di dalam surat Al-Furqan ayat 63 dan 76 sebagai berikut : Artinya : Dan hamba-hamba tuhan yang maha penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata keselamatan.(Q.S. Al-furqaan:63). Artinaya : Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat didalamnya.(QS.Al-Fur’qan: 73)
  • Memiliki sikap tulus ikhlas dan pengabdian. Sikap tulus ikhlas tampil dari hati yang rela berkurban untuk anak (Subyek) didik, yang diwarnai juga dengan kejujuran, keterbukaan dan kesabaran. Sikap tulus ikhlas, merupakan motivasi untuk melakukan pengabdian dalam mengemban peranan sebagai pendidik.
  • Keteladanan. Berfirman Allah Swt di dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut : Artinya : Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapaat suri teladan dan yang baik bagi kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmad Allah dan hari kemudian, dan yang banyak memuja Allah. (Q.S. Al-Ahzab : 21)
Dalam membina umat yang bermakna, juga sebagai upaya pendidikan. Rasullah telah menunjukkan betapa penting arti keteladanan. Pendidik tidak dapat bergantung sepenuhnya pada perkataan atau ucapannya akan khilangan artinya jika tidak selaras dengan sikap dan perilakunya, karena yang ditangkap atau dihyati subjek (anak) didik adalah seluruh kepribadiannya.

Dari penjelasan diatas terlihat jelas bahwa menjadi seorang pendidik tidaklah mudah. Ia memiliki persyaratan tertentu yang perlu dipenuhi sebelum profesi tersebut ditekuninya. Oleh karena itu, tidak heran jika Islam meletakkannya pada posisi yang sangat mulia dan terhormat.

Tugas pendidik

Pendidik atau guru adalah pejabat propesional. Sebagai mana telah disinggung diatas mengenai pengertian pendidikan didalamnya telah tersirat pula mengenai tugas-tugas pendidik. Secara umum tugas pendidikan adalah mendidik. Dalam opersionalnya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang. Disamping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan pasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi perserta didik dapat teraktualisasikan secara baik dan dinami.

Menurut Hamdani Ikhsan dan A. Fuad Ikhsan, menjelaskan tentang tugas pendidik yaitu :
  • Membimbing siterdidik. Mencari pengenal terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
  • Menciptakan Situasi Untuk Pendidik. Situasi pendidikan, yaitu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.

Ag. Soejono merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai potensinya. Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan membersihkan, mensucikan, serta membawa kan hati manusia untuk ber-taqarrub, kepada Allah SWT. Hal tersebut karena pendidikan adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ahmad D. Marimba menjelaskan, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan perserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna ditranspasikan kepada perserta didik, serta senantisa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.

Kadang kala seseorang terjebak dengan sebutn pendidik misalnya ada sebagian menyatakan bahwa pendidik adalah orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada seseorang. Sesungguhnya seseorang pendidik bukanlah bertugas itu saja, tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan (meneger of lerning), pengarah (director of learning), fasilitator dan perancang (the pelanner of future society) oleh karana itu, tugas dan fungsi pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu :
  • Sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanakan penelitian setelah program tersebut dilaksanakan.
  • Sebagai pendidik yang mengarahkan perserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil) seiring dengan tujuan pencitaan-Nya.
  • Sebagai pemimpin yang memimpin, yang mengendalikan diri (baik diri sendiri, perserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengentrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.
Dari penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tugas pendidik adalah :
  • Sebagai pengajar.
  • Sebagai pendidik.
  • Sebagi pemberi motifasi.
  • Sebagai pemimpin.
  • Sebagai pendorong bagi perserta didik. 
  • Memberi fasilitas kepada perserta didik.
  • Sebagai pembimbing.
  • Sebagai pengevaluasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Ibadah

Sebelum penulis mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan ibadah, penulis menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi ibadah sebagai berikut;
  • Naluri. Naluri merupakan kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir. Dalam insting terdapat tiga unsur kekuatan yang bersifat psikis, yaitu mengenal (kognisi), kehendak (konasi), dan perasaan (emosi).
  •  Kebiasaan. Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
  • Keturunan. Keturunan adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam yaitu:
    • Sifat-sifat jasmaniah, yakni sifat kekuatan dan kelemahan otot atau urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya.
    • Sifat-sifat rohaniah, yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.
  • Lingkungan
    • Alam. Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam dapat mematangkan bakat seseorang, sehingga hanya mampu berbuat menurut kondisi yang ada. Sebaliknya jika kondisi alam itu baik, kemungkinan seseorang akan dapat berbuat lebih mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya sejak lahir. Dengan kata lain, kondisi alam ikut mencetak ibadah manusia-manusia yang dipangkunya.
    • Pergaulan. Dalam pergaulan akan mempengaruhi pikiran, sikap, tingkah laku dan ibadah seseorang. Macam-macam lingkungan pergaulan, yaitu:
      • Lingkungan dalam rumah tangga
      •  Lingkungan sekolah
      •  Lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan ibadah harus didukung oleh kerja sama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari tiga macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
        • Lingkungan keluarga. Dalam keluarga proses pembinaan ibadah itu di mulai. Di mana orang tua dan kepala rumah tangga di rumah harus meningkatkan perhatiannya terhadap anggota keluarganya dengan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ketauladanan, dan pembiasaan yang baik di rumah. Kepala keluarga dan orang tua harus berupaya menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang, dan tentram, serta menanamkan nilai-nilai ibadah lainnya sehingga keluarga merasa tenang jiwanya dengan mudah diarahkan kepada hal-hal yang positif.
        • Lingkungan masyarakat. Lingkungan pendidikan masyarakat merupakan salah satu dari lembaga pendidikan setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat juga harus berupaya menciptakan lingkungan yang agamis, seperti menciptakan lingkungan yang tertib, bebas dari peredaran obat-obat terlarang, perkumpulan perjudian, dan sebagainya. Masyarakat harus membantu menyiapkan tempat bagi kepentingan agama seperti mengundang para da’i dari luar dan pelatihan-pelatihan tentang keagamaan.
Kesadaran dalam beribadah pasti ada pada setiap manusia, meskipun kesadaran ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti:umur, pendidikan, kesadaran beragama, pengalaman, peradaban, dan lingkungan. Kesadaran akhlak/moral itu bersumber dari hari murni.

Proses perkembangan manusia sebagai makhluk sosial kepribadian itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut F.G Robbins ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian itu. Kelima faktor tersebut yaitu :
  1. sifat dasar,
  2. lingkungan prenatal,
  3. perbedaan individual,
  4. lingkungan,
  5. motivasi.

Jenis-Jenis Pendidikan dan Bentuk Kelembagaannya

Jenis-jenis Pendidikan

Dalam pendidikan seumur hidup, pendidikan informal, dan non-formal saling mengisi dan memperkuat. 
  • Pendidikan Informal adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai mati seperti dalam keluarga, tetangga, perkerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.
  • Pendidikan Formal ialah pendidikan di sekolah, yang teratur sistematis, mempunyai jenjang, dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
  • Pendidikan Non-Formal (Pendidikan Luar Sekolah): pendidikan non- formal ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai, serta komponen-komponen lainnya disesuikan dengan keadaan perserta didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Calon perserat didik (raw-input) pendidikan non formal ialah:
  • Penduduk usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan /kesempatan memasuki sekolah.
  • Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
  • Anak didik yang putus sekolah (drop-aut), baik dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi.
  • Anak didik yang telah lulus satu system pendidikan formal akan tetapi tidak dapat melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi.
  • Orang yang telah berkerja, akan tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Pendidikan non-formal, paket pendidikannya berjangka pendek, setiap program pendidikan merupakan suatu paket yang sangat spesifik dan biasanya lahir dari kebutuhan yang sangat dirasakan keperluannya. Secara umum pendidikan non-formal relatif lebih lentur dan berjangka pendek penyelenggaraannya dibandingkan dengan pendidikan formal. Contoh kongkritnya seperti pendidikan melalui kursus, penataran dan training-tarining.

Lembaga Pendidikan Islam 
  • Pengertian. Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan. Adanya kelembagaan dalam masyarakat, dalam proses pemudayaan umat, merupkan tugas dan tanggung jawabnya yang kultural dan edukatif terhadap perserta didik dan masyarakat semakin berat. Berdasarkan secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan suatu usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung 2 arti antara lain :
    • Pengertian secara fisik, konkrit dan
    • pengertian secara non-fisik, non material, dan abstrak. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Inggris, lemabaga berarti Institute (dalam pengertian fisik ), yaitu sarana atau orgnisasi untuk mencapai tujuan tertentu yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga pengertian fisik disebut Bangunan, dan lembaga dalam poengertian non-fisik disebut pranata. Dalam memberikan defnisi secara terminology antara lain : Hasan Langgulung, mengemukakan bahwa lembaga pendidikan itu adalah suatu sistem peraturan yang bersifat Mujarrad. Suatu konsepsi yang terdiri kode-kode, norma-norma, idiologi dan sebagainya baik tertulis atau tidak termasuk perlengkapan, material dan organisasi simbolik : kelompok manusia yang terdiri dari individu-individu yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-perturan tersebut adalah: Masjid, Sekolah, Kuttab dan sebagainya. Defenisi lain tentang lembaga pendidikan adalah suatu bentuk oraganisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peran-peran dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan fungsi hukum, guna tercpai kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Berdasarkan uraian di atas, lembaga pendidikan secara umum dapat bertangung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap perserta didik. Adapun lembaga pendidikan Islam dapat diartikan dengan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.
  • Prinsip-prinsip Lembaga Pendidikan Islam. Dalam rangka merealisasikan tugasnya, bentuk lembaga pendidikan Islam apa pun harus harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu yang telah disepakati sebelumnya, sehingga antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lain tidak terjadi tumpang tindih. Prinsip-prinsip pendidikan Islam tersebut adalah : 
    • Prinsip pembebasan menusia dari ancaman kesesatan yang membawa menusia kepada api neraka. 
    • Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat, sebagai realisasi cita-cita bagi orang yang beriman dan brertakwa, yang senantiasa memanjatkan do’a sehari-hari. 
    • Prinsip Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar serta membebaskan manusia dari belenggu-balenggu kenistaan.
    • Prinsip pengembangan daya fakir, daya nalar, daya rasa sehingga dapat menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat memfungsikan daya cipta, rasa, dan karsanya.
    • Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan dirinya pada Sang Pencipta.
Read More
      edit