MAKALAH
KEPEMIMPINAN
(ABILITY)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2 :
1.
Bony Olivia Fenda
2.
Wetil Okrilia
3.
Ema Puspita
4.
Dean jeri
5.
Yuda
6.
Randu
7.
Murni Yulia
DOSEN PEMBIMBING :
DR. H. BAHZARD IBRAHIM, M.M
DR. H. BAHZARD IBRAHIM, M.M
SEKOLAH TINGGI ILMU
EKONOMI SAKTI ALAM KERINCI
TAHUN AJARAN
2016-2017
TAHUN AJARAN
2016-2017
KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّ حِيْم
Puji syukur kehadirat Allah SWT
dengan segala kerahmatan nya kami masih diberikan kesehatan serta kesempatan
dalam menyusun tugas makalah Kepemimpinan. Dalam hal ini kami sangat puas
dengan hasil dan bahan yang sudah kami siapkan sebelumnya. Makalah ini membahas
tentang materi ABILITY atau kina kenal dengan Kemampuan.
Kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr.H.Bahzar Ibrahim.,MM selaku dosen Kepemimpinan yang telah memberikan
tema yang kami dapatkan. Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih atas semua rekan yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhoi
segala usaha kita. Aamiin.
Sungai
Penuh, 08 November 2016
Penyusun
Kelompok Dua
ABILITY (KEMAMPUAN)
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan,
kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989: 552-553). Kemampuan (ability)
berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009: 57).
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu
dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan.
Lebih lanjut, Stephen P. Robbins & Timonthy A.
Judge (2009: 57-61) menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan seorang individu
pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu :
a. Kemampuan
Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktifitas mental (berfikir, menalar dan memecahkan masalah).
enam dimensi yang paling sering
disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual adalah.
1. kecerdasan angka
2. pemahaman verbal
3. kecepatan persepsi
4. penalaran induktif
5. penalaran deduktif
6. visualisasi spasial
b.
Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan, dan karakteristik
serupa.Penelitian
terhadap berbagai persyaratan yang dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah
mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari
tugas-tugas fisik. Setiap individu memiliki kemampuan dasar tersebut
berbeda-beda.
Ada 3 jenis
kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk mendukung seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan atau tugas, sehingga tercapai hasil yang maksimal
(Robert R.Katz, dalam Moenir 2008), yaitu:
- Technical
Skill (Kemampuan Teknis)
Adalah pengetahuan dan penguasaan kegiatan yang bersangkutan dengan cara proses dan prosedur yang menyangkut pekerjaan dan alat-alat kerja. - Human
Skill (Kemampuan bersifat manusiawi)
Adalah kemampuan untuk bekerja dalam kelompok suasana di mana organisasi merasa aman dan bebas untuk menyampaikan masalah. - Conceptual
Skill (Kemampuan Konseptual)
Adalah kemampuan untuk melihat gambar kasar untuk mengenali adanya unsur penting dalam situasi memahami di antara unsur-unsur itu.
Menurut pengertian diatas, kemampuan
teknis yang dimaksud adalah seorang pegawai di dalam organisasinya harus mampu
dalam penguasaan terhadap metode kerja yang ada. Artinya bahwa seorang pegawai
yang mempunyai kemampuan teknis yang meliputi prosedur kerja, metode kerja dan
alat-alat yang ada seperti yang telah dinilai dapat meningkatkan hasil kerja
pegawai sehingga lebih maksimal.
Kecakapan bersifat manusiawi disini
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam bekerja dengan team work
atau kelompok kerja, yakni dalam bekerja sama dengan sesama anggota organisasi.
Hal ini penting sekali karena jika menutup diri maka tidak akan mencapai hasil
kerja yang maksimal. Jadi kemampuan dalam berkomunikasi mengeluarkan ide,
pendapat bahkan di dalam penerimaan pendapat maupun saran dari orang lain dapat
menjadi faktor keberhasilan melaksanakan tugas yang baik.
Jadi, human
skill di sini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam bekerja
dengan team work atau kelompok kerja di dalam organisasi seperti terurai di
atas bahwa hal ini penting untuk mencapai hasil kerja yang maksimal.
Kemampuan yang ketiga
adalah kemampuan konseptual, kemampuan disini bagaimana seorang pegawai apabila
sebagai decision maker dalam menganalisis dan merumuskan tugas-tugas yang
diembannya. Dengan kemampuan konseptual ini maka pekerjaan dapat terarah dan
berjalan dengan baik karena dapat memilih prioritas-prioritas pekerjaan mana
yang harus didahulukan dan sebelum bekerja cenderung menggunakan skala
prioritas.
Dari
bahasan-bahasan di atas maka di dalam mengukur kemampuan kerja, menggunakan
indikator sebagai berikut:
a. Kemampuan teknis
1.
Tingkat pendidikan dan jenis pendidikan
2.
Tingkat pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan
target waktu yang telah ditetapkan
3.
Tingkat pelaksanaan pekerjaan menggunakan peralatan
sesuai dengan bidang tugasnya.
4.
Tingkat penyelesaian terhadap masalah
b. Kemampuan bersifat manusiawi
1.
Tingkat kerja sama dengan orang lain
2.
Tingkat membangun suasana kerja
3.
Tingkat pelaksanaan kerja dengan inisiatif
c. Kemampuan konseptual
1.
Tingkat kejelasan keputusan-keputusan yang berkaitan
dengan bidang tugasnya.
2.
Tingkat penggunaan skala prioritas dalam menyelesaikan
pekerjaan
1. Kemampuan Kognitif
Kognitif berhubungan dengan atau
melibatkan kognisi. Sedangkan kognisi merupakan kegiatan atau proses
memperolehpengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha
mengenalisesuatu melalui pengalaman sendiri. Kemampuan kognitif adalah
penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau
proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Menurut Anas Sudijono
(2001: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ro
b e r t M. Gagne dalam W.S.Winkel (1996: 102) juga menyatakan bahwa ”ruang
gerak pengaturan kegiatan kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri.” Lebih
lanjut Gagne menjelaskan bahwa ”pengaturan kegiatan kognitif mencakup
penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang
menghadapi suatu problem.”
Benjamin S. Bloom dkk
berpendapat bahwa taksonomi tujuan ranah kognitif meliputi enam jenjang proses
berpikir yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge),
adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau
ingatan ini merupakan proses berpikir yang paling rendah.
b. Pemahaman (comprehension)
adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu
itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari
ingatan atau hafalan.
c. Penerapan (application)
adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum,
tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. Aplikasi atau penerapan ini
adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dari pemahaman.
d. Analisis (analysis),
mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
e. Sintesis (synthesis)
adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di
antara bagianbagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang
lainnya. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur- unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya lebih
tinggi setingkat dari analisis.
f. Evaluasi (evaluation)
adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut
Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan atau kriteria yang ada.
2.
Kemampuan
Psikomotorik
Keterampilan motorik (motor skills)
berkaitan dengan serangkaian gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu dengan
mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
W.S.Winkel (1996: 339) memaparkan: “Biarpun belajar keterampilan motorik
mengutamakan gerakan-gerakan seluruh otot, urat-urat dan persendian dalam
tubuh, namun diperlukan pengamatan melalui alat-alat indera dan pengolahan
secara kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman”. Keterampilan
motorik tidak hanya menuntut kemampuan untuk merangkaian gerak jasmaniah tetapi
juga memerlukan aktivitas mental/psychis (aktivitas kognitif) supaya
terbentuk suatu koordinasi gerakan secara terpadu, sehingga disebut kemampuan
psikomotorik. Lebih lanjut W.S. Winkel (1996: 339-340) menjelaskan bahwa dalam
belajar keterampilan motorik terdapat dua fase, yakni fase kognitif dan fase
fiksasi.
W.S. Winkel (1996:
249-250) juga kemudian mengklasifikasikan ranah psikomotorik dalam tujuh
jenjang, sebagai berikut:
a. Persepsi (perception),
mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
pada masing-masing rangsangan.
b. Kesiapan (set),
mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai gerakan
atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing (guided
response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
d. Gerakan yang
terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
e. Gerakan yang
kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan
efisien.
f. Penyesuaian pola gerakan
(adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan
suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
g. Kreativitas (creativity),
mencakup kemampuan untuk melahirkan polapola gerak-gerik yang baru, seluruhnya
atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
3. Belajar
Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu.
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus/rangsangan bersama ingatan
mempengaruhi seseorang sehingga kemampuannya (performance-nya) berubah
dari waktu sebelum ia mengalami sebuah situasi ke waktu sesudah ia mengalami
situasi tadi. Menurut Morgan dalam Introduction to Psychology (1978)
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (M. Ngalim Purwanto,
2007: 84). Menurut gestalt inti dari belajar adalah memperoleh insight. Insight
adalah didapatkannya pemecahan problem atau dimengertinya persoalan (Sumadi
Suryabrata, 2010: 277). beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan kemampuan seseorang dengan diperolehnya sifat insight
terhadap sebuah situasi lingkungan yang dialaminya. Dalam proses belajar
terdapat perbedaan cara mendasar pada tiap orang dalam transfer atau penyerapan
ilmu. Cara-cara belajar disebut juga gaya belajar. Gaya belajar diartikan
sebagai kombinasi dari bagaimana informasi diserap, diatur serta diolah (Bobbi
DePorter: 2002:110). Jadi, gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari
bagaimana ia menyerap suatu informasi, kemudian mengatur dan mengolah informasi
tersebut. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, gaya belajar berarti
kemampuan kombinasi yang dimiliki oleh seorang peserta didik untuk menerima,
menyerap, mengatur dan mengolah materi pelajaran yang diterimanya selama proses
pembelajaran.
Tiga
Jenis Gaya Belajar yaitu :
a.
Visual
Gaya belajar seperti ini lebih mengutamakan kekuatan
penglihatan (mata). Belajar melalui melihat sesuatu. Orang dengan gaya belajar
visual menyukai gambar, diagram, pertunjukkan, peragaan, pemutaran film atau
video sebagai media pembelajaran. Ada beberapa karakteristik dari pembelajar
visual, yaitu: suka membaca; menonton televisi, film; menerka teka-teki atau
mengisi TTS; lebih suka membaca ketimbang dibacakan; lebih suka memperhatikan
ekspresi wajah ketika berbicara dengan orang lain; mengingat orang melalui penglihatan(tak
pernah melupakan wajah); memiliki aktivitas kreatif seperti menulis,
menggambar, melukis, merancang, melukis di udara dan cenderung berbicara cepat,
tetapi mungkin cukup pendiam di dalam kelas.
b.
Auditori
Gaya
belajar Auditory lebih mengutamakan kekuatan pendengaran (telinga). Belajar
melalui mendengarkan sesuatu. Orang dengan gaya belajar auditory lebih menyukai
kaset audio, ceramah perkuliahan, diskusi, debat dan instruksi dalam proses
belajar mengajar. Karakteristik pembelajar auditori yaitu: suka mendengar
radio, musik, sandiwara, drama, debat; lebih suka cerita yang dibacakan
kepadanya dengan berbagai ekspresi; memiliki aktivitas kreatif seperti:
menyanyi, mendongeng, mengobrol apa saja, bermain musik, membuat cerita lucu,
berdebat, berfilosofi; berbicara dengan kecepatan sedang; suka bicara bahkan
dalam kelas.
c.
Kinestetik
Gaya
belajar kinestetik lebih mengutamakan keterlibatan aktivitas fisik secara
langsung. Belajar melalui aktivitas fisik. Media pembelajaran yang disukai
antara lain bermain peran, kunjungan wisata, lebih menyukai pelajaran praktek
ketimbang teori. Ada beberapa karakteristik dari gaya belajar kinestetik, yaitu
menyukai kegiatan aktif, baik sosial maupun olahraga, seperti menari dan lintas
alam; memiliki aktivitas kreatif seperti kerajinan tangan, berkebun, menari,
berolahraga; berbicara agak lambat; dalam keadaan diam selalu merasa gelisah;
tidak bisa duduk tenang, dan suka melakukan urusan seraya mengerjakan sesuatu.
CONTOH
KEMAMPUAN
c. Alasan kritis
2. Komunikasi
antarpribadi
a. Pidato: mendengarkan, berbicara
3. Keterampilan
motorik
4. Buruh terlatih
KESESUAIAN
KEMAMPUAN – PEKERJAAN
Kemampuan intelektual atau fisik
tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai bergantung
pada persyaratan kemampuan dan pekerjaan tersebut. Sebagai contoh, pilot pesawat terbang membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat;
petugas penjaga pantai membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat dan
koordinasi tubuh yang baik; eksekutif senior membutuhkan kemampuan verbal; dan
pekerja konstruksi yang tinggi membutuhkan keseimbangan.
SUMBER
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Potensi_dirihttp://occazane.blogspot.com/2010/06/inilah-aneka-ragam-kecerdasan-manusia.htmlhttp://webserba.co.cc/2009/12/kemampuan-otak-manusia-yang-fenomenal/
0 comments:
Post a Comment