Wednesday, November 14, 2018

Published November 14, 2018 by with 0 comment

MAKALAH KEPEMIMPINAN



MAKALAH
KEPEMIMPINAN
(ABILITY)
DI SUSUN OLEH  KELOMPOK 2 :
1.    Bony Olivia Fenda
2.    Wetil Okrilia
3.    Ema Puspita
4.    Dean jeri
5.    Yuda
6.    Randu
7.    Murni Yulia
                                     
DOSEN PEMBIMBING :
DR. H. BAHZARD IBRAHIM, M.M

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SAKTI ALAM KERINCI
TAHUN AJARAN
2016-2017

KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّ حِيْم
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala kerahmatan nya kami masih diberikan kesehatan serta kesempatan dalam menyusun tugas makalah Kepemimpinan. Dalam hal ini kami sangat puas dengan hasil dan bahan yang sudah kami siapkan sebelumnya. Makalah ini membahas tentang materi ABILITY atau kina kenal dengan Kemampuan.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.H.Bahzar Ibrahim.,MM selaku dosen Kepemimpinan yang telah memberikan tema yang kami dapatkan. Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih atas semua rekan yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhoi segala usaha kita. Aamiin.






                                                                                    Sungai Penuh, 08 November 2016
                                                                                    Penyusun


                                                                                    Kelompok Dua


ABILITY (KEMAMPUAN)


Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989: 552-553). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009: 57).
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Lebih lanjut, Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge (2009: 57-61) menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu :

a. Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan kemampuan yang dibutuhkan   untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir, menalar dan memecahkan masalah).

enam dimensi yang paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual adalah.
1.   kecerdasan angka
2.   pemahaman verbal
3.   kecepatan persepsi
4.   penalaran induktif
5.   penalaran deduktif
6.   visualisasi spasial

b. Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik. Setiap individu memiliki kemampuan dasar tersebut berbeda-beda.
Ada 3 jenis kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk mendukung seseorang dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas, sehingga tercapai hasil yang maksimal (Robert R.Katz, dalam Moenir 2008), yaitu:
  1. Technical Skill (Kemampuan Teknis)
    Adalah pengetahuan dan penguasaan kegiatan yang bersangkutan dengan cara proses dan prosedur yang menyangkut pekerjaan dan alat-alat kerja.
  2. Human Skill (Kemampuan bersifat manusiawi)
    Adalah kemampuan untuk bekerja dalam kelompok suasana di mana organisasi merasa aman dan bebas untuk menyampaikan masalah.
  3. Conceptual Skill (Kemampuan Konseptual)
    Adalah kemampuan untuk melihat gambar kasar untuk mengenali adanya unsur penting dalam situasi memahami di antara unsur-unsur itu.
Menurut pengertian diatas, kemampuan teknis yang dimaksud adalah seorang pegawai di dalam organisasinya harus mampu dalam penguasaan terhadap metode kerja yang ada. Artinya bahwa seorang pegawai yang mempunyai kemampuan teknis yang meliputi prosedur kerja, metode kerja dan alat-alat yang ada seperti yang telah dinilai dapat meningkatkan hasil kerja pegawai sehingga lebih maksimal.

Kecakapan bersifat manusiawi disini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam bekerja dengan team work atau kelompok kerja, yakni dalam bekerja sama dengan sesama anggota organisasi. Hal ini penting sekali karena jika menutup diri maka tidak akan mencapai hasil kerja yang maksimal. Jadi kemampuan dalam berkomunikasi mengeluarkan ide, pendapat bahkan di dalam penerimaan pendapat maupun saran dari orang lain dapat menjadi faktor keberhasilan melaksanakan tugas yang baik.

Jadi, human skill di sini merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dalam bekerja dengan team work atau kelompok kerja di dalam organisasi seperti terurai di atas bahwa hal ini penting untuk mencapai hasil kerja yang maksimal.

Kemampuan yang ketiga adalah kemampuan konseptual, kemampuan disini bagaimana seorang pegawai apabila sebagai decision maker dalam menganalisis dan merumuskan tugas-tugas yang diembannya. Dengan kemampuan konseptual ini maka pekerjaan dapat terarah dan berjalan dengan baik karena dapat memilih prioritas-prioritas pekerjaan mana yang harus didahulukan dan sebelum bekerja cenderung menggunakan skala prioritas.

Dari bahasan-bahasan di atas maka di dalam mengukur kemampuan kerja, menggunakan indikator sebagai berikut:

a. Kemampuan teknis
1.      Tingkat pendidikan dan jenis pendidikan
2.      Tingkat pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan target waktu yang telah ditetapkan
3.      Tingkat pelaksanaan pekerjaan menggunakan peralatan sesuai dengan bidang tugasnya.
4.      Tingkat penyelesaian terhadap masalah


b. Kemampuan bersifat manusiawi
1.      Tingkat kerja sama dengan orang lain
2.      Tingkat membangun suasana kerja
3.      Tingkat pelaksanaan kerja dengan inisiatif


c. Kemampuan konseptual
1.      Tingkat kejelasan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan bidang tugasnya. 
2.      Tingkat penggunaan skala prioritas dalam menyelesaikan pekerjaan


1.      Kemampuan Kognitif
Kognitif berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Sedangkan kognisi merupakan kegiatan atau proses memperolehpengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenalisesuatu melalui pengalaman sendiri. Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Menurut Anas Sudijono (2001: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ro b e r t M. Gagne dalam W.S.Winkel (1996: 102) juga menyatakan bahwa ”ruang gerak pengaturan kegiatan kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri.” Lebih lanjut Gagne menjelaskan bahwa ”pengaturan kegiatan kognitif mencakup penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem.”

Benjamin S. Bloom dkk berpendapat bahwa taksonomi tujuan ranah kognitif meliputi enam jenjang proses berpikir yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge), adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses berpikir yang paling rendah.

b. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

c. Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dari pemahaman.
d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.

e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagianbagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya lebih tinggi setingkat dari analisis.

f. Evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan atau kriteria yang ada.

2.      Kemampuan Psikomotorik
Keterampilan motorik (motor skills) berkaitan dengan serangkaian gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. W.S.Winkel (1996: 339) memaparkan: “Biarpun belajar keterampilan motorik mengutamakan gerakan-gerakan seluruh otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namun diperlukan pengamatan melalui alat-alat indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman”. Keterampilan motorik tidak hanya menuntut kemampuan untuk merangkaian gerak jasmaniah tetapi juga memerlukan aktivitas mental/psychis (aktivitas kognitif) supaya terbentuk suatu koordinasi gerakan secara terpadu, sehingga disebut kemampuan psikomotorik. Lebih lanjut W.S. Winkel (1996: 339-340) menjelaskan bahwa dalam belajar keterampilan motorik terdapat dua fase, yakni fase kognitif dan fase fiksasi.



W.S. Winkel (1996: 249-250) juga kemudian mengklasifikasikan ranah psikomotorik dalam tujuh jenjang, sebagai berikut:

a. Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b. Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

e. Gerakan yang kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien.

f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g. Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan polapola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

3. Belajar
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus/rangsangan bersama ingatan mempengaruhi seseorang sehingga kemampuannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami sebuah situasi ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Menurut Morgan dalam Introduction to Psychology (1978) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (M. Ngalim Purwanto, 2007: 84). Menurut gestalt inti dari belajar adalah memperoleh insight. Insight adalah didapatkannya pemecahan problem atau dimengertinya persoalan (Sumadi Suryabrata, 2010: 277). beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan kemampuan seseorang dengan diperolehnya sifat insight terhadap sebuah situasi lingkungan yang dialaminya. Dalam proses belajar terdapat perbedaan cara mendasar pada tiap orang dalam transfer atau penyerapan ilmu. Cara-cara belajar disebut juga gaya belajar. Gaya belajar diartikan sebagai kombinasi dari bagaimana informasi diserap, diatur serta diolah (Bobbi DePorter: 2002:110). Jadi, gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap suatu informasi, kemudian mengatur dan mengolah informasi tersebut. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, gaya belajar berarti kemampuan kombinasi yang dimiliki oleh seorang peserta didik untuk menerima, menyerap, mengatur dan mengolah materi pelajaran yang diterimanya selama proses pembelajaran.
Tiga Jenis Gaya Belajar yaitu :

a.      Visual
Gaya belajar seperti ini lebih mengutamakan kekuatan penglihatan (mata). Belajar melalui melihat sesuatu. Orang dengan gaya belajar visual menyukai gambar, diagram, pertunjukkan, peragaan, pemutaran film atau video sebagai media pembelajaran. Ada beberapa karakteristik dari pembelajar visual, yaitu: suka membaca; menonton televisi, film; menerka teka-teki atau mengisi TTS; lebih suka membaca ketimbang dibacakan; lebih suka memperhatikan ekspresi wajah ketika berbicara dengan orang lain; mengingat orang melalui penglihatan(tak pernah melupakan wajah); memiliki aktivitas kreatif seperti menulis, menggambar, melukis, merancang, melukis di udara dan cenderung berbicara cepat, tetapi mungkin cukup pendiam di dalam kelas.

b.      Auditori
Gaya belajar Auditory lebih mengutamakan kekuatan pendengaran (telinga). Belajar melalui mendengarkan sesuatu. Orang dengan gaya belajar auditory lebih menyukai kaset audio, ceramah perkuliahan, diskusi, debat dan instruksi dalam proses belajar mengajar. Karakteristik pembelajar auditori yaitu: suka mendengar radio, musik, sandiwara, drama, debat; lebih suka cerita yang dibacakan kepadanya dengan berbagai ekspresi; memiliki aktivitas kreatif seperti: menyanyi, mendongeng, mengobrol apa saja, bermain musik, membuat cerita lucu, berdebat, berfilosofi; berbicara dengan kecepatan sedang; suka bicara bahkan dalam kelas.

c.       Kinestetik
Gaya belajar kinestetik lebih mengutamakan keterlibatan aktivitas fisik secara langsung. Belajar melalui aktivitas fisik. Media pembelajaran yang disukai antara lain bermain peran, kunjungan wisata, lebih menyukai pelajaran praktek ketimbang teori. Ada beberapa karakteristik dari gaya belajar kinestetik, yaitu menyukai kegiatan aktif, baik sosial maupun olahraga, seperti menari dan lintas alam; memiliki aktivitas kreatif seperti kerajinan tangan, berkebun, menari, berolahraga; berbicara agak lambat; dalam keadaan diam selalu merasa gelisah; tidak bisa duduk tenang, dan suka melakukan urusan seraya mengerjakan sesuatu.

CONTOH KEMAMPUAN
                         
                          1.      Kecakapan akademik
a.       Membaca
b.      Logika
c.       Alasan kritis
                          2.      Komunikasi antarpribadi
a.       Pidato: mendengarkan, berbicara
b.      Komunikasi nonverbal
c.       Melek huruf: menulis, membaca
                          3.      Keterampilan motorik
a.       Berjalan, seni, kerajinan tangan, olahraga
                          4.      Buruh terlatih
                          5.      Keahlian inovasi

KESESUAIAN KEMAMPUAN – PEKERJAAN

Kemampuan intelektual atau fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dan pekerjaan tersebut. Sebagai contoh, pilot pesawat terbang membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat; petugas penjaga pantai membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat dan koordinasi tubuh yang baik; eksekutif senior membutuhkan kemampuan verbal; dan pekerja konstruksi yang tinggi membutuhkan keseimbangan.



SUMBER 


      edit

0 comments:

Post a Comment